“Ibu…
Maafkan anakmu ini……
Selama
ini banyak sekali aku berbohong kepadamu.
Bukan
maksud hati membohongimu, tapi dengan beginilah aku ingin melihat engkau
bahagia.
Bila
engkau selalu bilang bahwa “ibu enggak lapar nak, makanlah……” ku tahu sesungguhnya
perutmu pun merasa lapar. Hanya demi anakmu lah engkau menahan lapar.
Kalaupun
sekarang gantian seorang anak berbohong demi
melihat mata ibu bersinar apakah ini salah????
Banyak masalah yang diriku alami tanpa kutahu kepada
siapa diriku bercerita. Menangispun takut engkau ketahui dan membuat galau
hatimu, dan membuat seoalah ibu tak bisa membahagiakan anaknya.
Sesulit apapun keadaanku, tak ada yang patut
disalahkan, beginilah hidup, air asi yang mengalir ditubuhku takkan bisa
kubayar. Banyak waktu karena tangisanku ditengah malam membuatmu terjaga juga
tak mampu kukembalikan.
Dada sudah terasa sesak tak kuat lagi air mata
terbendung, butiran butiran air mata mulai menetes, kusembunyikan semua ini
hanya kuingin melihat engkau (ibu) bahagia dan meyakinkan bahwa akupun bahagia…
maafkan anakmu ini…''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar