Kamis, 05 Januari 2012

Rahasia Indah


Rahasia Indah

Beberapa anak duduk-duduk di depan kelas, dan asyik bercerita dengan cerita mereka masing-masing. Ada pula anak-anak yang saling bercanda, sehingga menimbulkan suara yang sedikit ribut. Dan di sana ada Nay dan Aya yang juga asyik ngobrol.
“Ya…beneran kamu udah jadian sama cowok, yang namanya sapa tu….?? Aku lupa….” tanya Nay kepada Aya.
“Sama Huda maksudnya….??” kata Aya.
“Oowh iya… sama si Huda itu… Udah jadian ya kamu…??”
“Eeemmmm….gimana yaa….” kata Aya sambil senyum-senyum sendiri.
“Aaaah….pasti udah yaa, kok senyum-senyum gitu….” kata Nay sambil sedikit meledek temenya itu.
“Yaaa gitu deh Nay….”
“Tuu kan udah…. Ciiie….ciiie… Eeh itu ya si Huda…??” kata Nay sambil menunjuk cowok yang duduk tak jauh dari mereka.
“Iya Nay…” jawab Aya singkat.
“Wiiiiih….ternyata dia perokok ya Ya….” kata Nay sambil nyengir.
“He’em tu Nay, sebenernya aku gak suka kalo dia tu ngerokok…”
“Ya dilarang aja Ya, kamu bilang ke dia, kalau kamu tu gak suka dia ngeroko…”
“Udah Nay, tapi ya tetep aja dia gak mau, katanya kalau lagi sama aku dia gak bakalan ngerokok.”
“Ya udah kalau dia dah bilang begitu, berarti dia kan tau kapan dia mau ngerokok dan gak.”
Percakapan mereka berhenti setelah dosen yang mengisi mata kuliah mereka datang, dan akhirnya mereka masuk ke dalam kelas. Dan percakapan soal si Huda tadi sudah tidak dilanjutkan lagi oleh Nay dan Aya di dalam kelas. Mereka asyik mendengarkan penjelasan dosen, yang memang sangat menarik.
***
Udah beberapa hari Nay tidak tau lagi gimana dengan hubungan Aya dan Huda. Nay memang tidak peduli, karena dia juga tidak kenal dengan Huda, dan dia juga tak mau tau urusan orang lain. Hari-hari Nay penuh dengan kesibukan kuliah dan tugas-tugas yang menumpuk. Kadang Nay juga sering melihat Huda, tapi dia gak pernah mau menyapa, karena memang mereka saling tidak mengenal.
Dan saat Nay dan Aya duduk di lantai 3 depan ruang kelas.
“Ya, tu cowokmu ngeliatin kamu terus… Hehehe….” ledek Nay kepada Aya.
“Aaah biarin aja Nay, masuk ke kelas aja yuuk….” ajak Aya dengan nada santai.
Sebelum Nay melangkahkan kaki ke dalam kelas, dia menengok sebentar ke arah cowok yang dari tadi memperhatiin Aya, sepintas dia melihat cowok itu dan kemudian melenggang pergi masuk ke dalam kelas.
***
Beberapa bulan Nay tak lagi meledekin Aya dengan cowoknya itu. Sama sekali tidak pernah membahas si Huda, kalau mereka bertemu dan ngobrol.
Hingga suatu hari, Nay iseng buka situs jejaring sosial, dia meng-coment status Aya. Tiba-tiba si Huda juga meng-coment status tersebut. Di sana Nay justru ngobrol dengan si Huda, mereka memang tidak saling kenal, namun justru mereka asyik-asyik aja. Inti dari obrolan mereka adalah rebutan makanan yang disebutkan oleh Aya.
Sampai di situ saja obrolan Nay dengan Huda melalui jejaring sosial. Dan setelah itu tidak pernah lagi Nay lakukan. Dan Huda juga tidak pernah tau siapa si Nay tersebut. Cukup Nay saja yang tahu.
***
Setelah beberapa bulan, Nay sama sekali tidak pernah tau bagaimana hubungan Aya dengan Huda. Nay hanya tau kalau mereka sudah putus. Dan Nay sama sekali tidak pernah ingin tau bagaimana ceritanya hubungan mereka berakhir, bagi dia semua itu gak penting.
Hingga suatu hari, Nay membeli makanan di sebuah warung makan, dia dengan santai masuk begitu saja ke dalam warung, di sebelah dia berdiri, ternyata ada seorang cowok yang sedang duduk menikmati makanan. Cowok itu sangat tidak asing bagi Nay.
“Iiiiih….kayanya aku kenal deh dengan cowok yang duduk di sebelah ini…” kata Nay dalam hati, sambil terus dia memilih-milih makanan yang akan dia beli.
“Kaya si Huda… Tapi iya bukan yaa…” Nay terus bertanya-tanya dengan perasaanya sendiri.
Tiba-tiba cowok itu berdiri dari tempat duduknya.
“Berapa Om semuanya….??” tanya cowok itu kepada bapak penjual makanan.
“Semuanya 5000…” kata bapak penjual.
“Ini Om uangnya, hatur nuwun ya…” kata cowok itu.
“Iiiiih, kok belakangnya pakek bahasa Sunda siih, kalau Huda kan bukan orang Sunda, kayanya bukan Huda deh, cuma perasaanku aja.” kata Nay dalam hati.
Selesai memilih-milih makanan kemudian Nay membayar semuanya kepada bapak penjual makan dan kemudian dia pulang ke kostnya.
Selesai makan, Nay langsung masuk ke dalam kamar, kemudian dia merebahkan badannya di atas kasur.
“Tadi tu beneran Huda bukan sih, kayanya dia emang Huda deh, tapi kaya bukan juga… Iiiiih pokoknya dia tu si Huda mantannya Aya.” batin Nay masih bertanya-tanya dan membuat dia bingung.
“Kenapa aku jadi mikirin tu cowok, kenal juga enggak.. Huuuft…!!!” kata Nay dalam hati, yang merasa dirinya agak sedikit aneh.
***
Suatu hari, di hari Jumat, Nay disuruh temennya untuk mengantar temennya tersebut ke stasiun kereta api. Akhirnya Nay berangkat mengantar temennya tersebut ke stasiun, tepat sebelum sholat jumat dimulai, dan anak laki-laki sudah pada datang ke masjid yang dekat dengan kost Nay. Tiba-tiba Nay melihat cowok yang dia lihat di warung itu berangkat ke masjid.
“Itu kan cowok yang kemarin, si Huda itu atau bukan yaa….” kata Nay dalam hati, dia bertanya-tanya sendiri dalam hati, dia sama sekali gak berani menatap cowok itu, dia diam dan menunduk saat cowok itu lewat.
“Huda bukan sih cowok tadi itu…?” pertanyaan itu masih saja menghiasi pikiran Nay sampai dia di stasiun kereta, dan pertanyaan itu pula yang terus dia pikirkan sampai di kostnya.
***
Saat liburan di rumah, Nay dengan iseng buka jejaring sosialnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan cowok yang bernama Huda, yang akhir-akhir ini sering dia lihat di sekitar kostnya, dari yang dia melihat cowok itu di kost-an cowok depan kostnya, sering betemu di warung makan yang sama, dan sering berpapasan di jalan saat berangkat atau pulang kuliah.
Dengan santai Nay meng-add jejaring sosial milik Huda, yang dia temukan di jejaring sosial milik temanya. Dan permintaan pertemanan Nay, langsung diterima oleh Huda. Saat itu juga, Huda mengirim pesan ke kotak masuk Nay.
“Siapa yaa…?” tanya Huda dalam pesannya.
“Ya Nay nama saya…” jawab Nay singkat.
“Ya Nay siapa…?? Kok bisa meng-add aku. Kenalkah dengan aku…??”
“Hmmm…. Gak boleh nge-add pa…?? Ya aku Cuma pengen jadi temen aja kok…”
“Kalau pengen jadi temen, ya harusnya tau asal usulnya donk. Dari mana, kuliah di mana, ya apalah…”
“Aku temenya Aya…”
“Oalah…bilang dari tadi donk…”
“Hehe…gak tau ya…??”
“Gak tu, temen sekelasnya pa…??”
“Iya, aku temen sekelasnya…”
“Kalau gitu salam kenal aja ya Nay…”
“Iya, salam kenal balik ya…”
“Udah tau aku ya…? Dan tau juga kan nama ku…??”
“Hmmm… kalau diri kamu aku tau. Tapi namamu aku belum tau. Siapa namamu…??” tanya Nay pura-pura tidak tau.
“Ya berarti tanya aja sama Aya…. Hehehe….”
“Oowh gitu ya, gak boleh tanya langsung ke kamu….?? Ckckck….”
“Boleh aja koq, namaku Huda…”
“Nah gitu, aku kan jadi tau nama kamu…”
“Ciips…ciips… Btw kamu anak mana…??”
“Aku asli Jogja kok…”
“Oowh, kalau aku juga deket dengan Jogja kok. Dan aku juga kost di Jogja…”
“Di mana kost kamu…???”
“Di daerah belakang kampus aja…. Lah kamu sendiri…??”
“Aku kost di dekat masjid…”
“Ooowh, berarti deket ma kost ku donk… Eh… minta nomor hp kamu boleh gak….?? Ya kan buat nambah temen gitu…” pertanyaan Huda yang membuat Nay kaget.
“Hmmm…. Boleh deh, ni no aku 087838190021.” kata Nay dalam pesan yang dia kirimkan ke pada Huda.
“Ok… Thk a lot yaa…”
“Iya… Sama-sama…”
Sampai disitu lah percakapan mereka dalam pesan di jejaring sosial tersebut.
Tiba-tiba, setelah itu Huda mengirim pesan ke hp Nay, dan mereka bercerita-cerita melalui pesan singkat di hp. Seminggu lebih Nay dan Huda ber-sms-an, banyak hal yang mereka ceritakan, dari sanalah mereka menjadi lebih akrab, walau pun mereka belum pernah bertemu langsung dan bercakap-cakap secara langsung.
***
Setelah liburan selesai, Nay kembali lagi ke aktifitas biasanya, yaitu kuliah. Masih terpikir dalam benaknya, kapan dia bisa bertemu dengan Huda. Ingin rasanya dia ngobrol dengan Huda. Selama ini Nay hanya dapat berkomunikasi dengan Huda melalu pesan singkat di hp.
Sampai suatu hari, saat Nay beli makan di sebuah warung dekat denga kost Huda, tiba-tiba dia kaget saat melihat Huda keluar dari kostnya dan menuju warung yang sama. Jantung Nay rasanya berdetak-detak tak menentu. Dia merasa ada yang aneh dengan perasaanya. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
“Aduh, kok ada Huda sih….??”batin Nay dalam hati.
“Kok aku jadi kaya gini sih….??” Nay mulai bingung dengan dirinya sendiri.
Di warung itu, Nay sama sekali gak berani memandang Huda, melihatnya saja dia gak berani apa lagi sampai memandangnya. Tapi ada kejadian lucu, saat Huda minta di ambilin sendok kepada sang penjual, tapi justru Nay yang mengambilkan sendok tersebut. Tapi tetap saja Nay, gak berani melihat ke arah Huda. Kemudian Nay pulang ke kost, sampai di kost dia sms Huda.
“Lagi maem ya kamu…??” tanya Nay kepada Huda.
“Iya, kamu juga kan…??” jawab Huda.
“Kamu tau ya, kalau aku tadi beli maem di warung deket kostmu…??”
“Iya, tadi tu aku mikir, kayaknya aku tau kamu deh, tapi masih agak samar-samar, soalnya kan aku baru liat kamu di foto aja…” kata Huda.
“Iya tadi tu aku…” jawab Nay.
Begitulah cerita awal Huda tau Nay yang sebenarnya.
***
Hingga suatu hari, iseng Nay pasang status ingin pergi ke sebuah pameran, tapi tidak ada yang mengantar. Tiba-tiba Huda menawarkan diri, dan Nay setuju bila di temenin Huda.
Mereka berdua akhirnya pergi ke pameran tersebut. Nay benar-benar bingung mau bicara apa dengan Huda, dia gak berani memulai pembicaraan itu. Mereka berjalan berdua, dan ngobrolnya singkat-singkat, membahasnya pun hanya tentang isi pameran tersebut. Dan Nay sama sekali gak berani mandangin Huda.
“Aduuuh… kok aku jadi deg-degan gini ya…??” tanya Nay pada dirinya sendiri.
“Aku harus ngomomg apa sama Huda, aku bingung…??” pertanyaan itu terus-terusan bersarang dalam pikiran Nay, saat mereka tidak ada topik pembicaraan.
Selesai jalan-jalan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, namun sebelum pulang mereka mampir dulu ke warung makan, untuk sekedar isi ulang perut. Di warung tersebut, Nay duduk berhadapan dengan Huda, dia sama sekali gak berucap apapun, hanya senyuman yang saling mereka lempar, kadang mata mereka saling bertemu dan bertatapan walau hanya sebentar.
Saat makanan yang meraka pesan datang, mereka mulai memakannya, namun Nay karena saking groginya, dia malah jadi gak nafsu makan, dia aduk-aduk makan, dan akhirnya gak habis. Inilah kebiasaan Nay, bila sedang grogi setengah mati, makanan yang enak sekali pun akan susah dia telan.
Selesai makam, mereka memutuskan untuk pulang ke kost, Huda mengantar Nay ke kostnya dulu.
“Makasih ya dah mau nganterin…” kata Nay waktu turun dari motor.
“Iya, sama-sama… Aku langsung pulang ya…??” kata Huda.
“Iya…” kata Nay sambil tersenyum.
Sampai di dalam kamar, Nay langsung merebahkan badannya di atas kasur. Nay merasanya senang benget hari ini bisa jalan sama Huda, hal yang sebelumnya tidak pernah dia pikirkan. Sambil senyum-senyum sendiri Nay menutup mukanya dengan bantal.
***
Komunikasi mereka terus berlanjut walau hanya melalui hp, sekarang cerita-cerita mereka sudah menyangkut ke dalam kisah-kisah pribadi masa lalu. Mereka saling bercerita tentang masa lalu masing-masing, sampai ke tipe-tipe pasangan yang di inginkan oleh mereka.
Sampai pada suatu sore hari, Huda datang ke kost Nay, satu kost langsung rame saat pada tau, kalau Nay di cari oleh seorang cowok. Kost-kostan cewek itu riuh dengan teriakan anak-anaknya yang pada heboh gara-gara Huda datang. Huda datang, karena ingin berpamitan dengan Nay, karena ia kan pulang ke rumahnya.
Kemudian Nay keluar kamar dan menemui Huda di ruang tamu, Nay bingung mau ngomong apa, dia udah grogi duluan. Akhirnya mereka hanya saling senyum-senyum sendiri gara-gara keriuhan temen-temen kost Nay.
“Kost mu rame banget ya…?” kata Huda membuka pembicaraan.
“Iya, biasa kost cewek, pada heboh mereka, mentang-mentang aku gak pernah di datengin temen cowok…” kata Nay.
“Oowh… sampai rame banget gitu sih…”
“Iya… Hehehe…” kata Nay sambil tersenyum.
Tak banyak bahan pembicaraan yang mereka ceritakan di pertemuan tersebut, mereka sama-sama masih merasa canggung.
Kemudian Huda pamit kepada Nay untuk pulang, dan dia pun pulang meninggalkan Nay yang masih merasa tak karuan karena di datangi Huda.
***
Selama Huda di rumahnya, dia terus ber-sms-an dengan Nay. Cerita-cerita hal pribadi pun masih mereka lanjutkan. Sampai Huda berani memanggil Nay dengan sebutan sayang, hal itu membuat Nay semakin tak karuan perasaan hatinya. Ada rasa senang, bahagia, dan takut. Dia senang dan bahagia karena ada yang memanggilnya sayang, namun ada pula perasaan takut, karena takut Huda hanya akan mempermainkannya. Karena tiba-tiba Huda mau memanggilnya dengan sebutan tersebut.
Awalnya Nay merasa risih dengan sebutan tersebut, namun akhirnya dia merasa biasa saja, walau pun masih di hinggapin rasa takut.
***
Hingga pada sore harinya, Huda sms Nay.
“Nay, ntar malem mau gak pergi makan malem ma aku…?” pesan yang Huda kirim ke Nay.
“Ya ayuuuk….” jawab Nay dengan perasaan tak karuan.
“Mau jam berapa perginya….??”
“Habis Isya’ aja yaah….”
“Okey deh…”
Dan setelah sholat Isya’, akhirnya Nay dan Huda pergi untuk makan malam bersama. Mereka makan di warung makan yang tidak terlalu rame pengunjungnya. Setelah memesan makanan, dan pesanan mereka datang, akhirnya mereka makan malam bersama. Saat makan, Nay sama sekali tak punya firasat apapun. Dia gak berpikir apa yang akan terjadi setelah itu.
“Nay…” kata Huda tiba-tiba setelah mereka selesai makan.
“Iya…” jawab Nay.
“Hubungan kita tu udah kaya orang pacaran aja ya… hehehe…”
“Iya ya…”
“Eeeemmmm…. Sekarang to the point aja ya…. Kamu mau gak jadi pacar aku…?” kata Huda tiba-tiba tanpa basa-basi.
Nay kaget bukan kepala, dia gak nyangkau kalau Huda akan ngomong kaya gitu, dia bingung mau jawab apa. Antara mau dan tidak, salah satu kata itu yang harus Nay ucapkan. Nay berpikir lama untuk menetukan jawabannya, dia gak tau harus ngomomg apa.
“Ya beginilah aku, aku orangnya gak bisa romantis, sama sekali gak romantis…” kata Huda kepada Nay.
“Gimana jawabanya….??” tanya Huda.
“Hmmmmm….. Iya aku mau jadi pacar kamu….” jawab Nay lirih.
Jawaban itu meluncur begitu saja dari bibir Nay, dengan keyakinan dalam hatinya, Nay menerima Huda menjadi kekasihnya. Rasanya Nay bahagia banget, dia tersenyum manis pada Huda, dan Huda pun membalasnya.
“Makasih ya Nay…”
“Iya…” jawab Nay singkat.
Dan mereka asyik dengan cara mereka menyampaikan kebahagian yang mereka rasakan dengan senyum yang saling mereka lempar satu sama lain.
Setelah itu, mereka pulang bersama, dalam perjalanan pulang hati Nay di liputi rasa bahagia, entah bagaimana perasaan Huda, mungkin tak jauh beda dengan Nay.
Sesampainya di kost, Nay kemudian turun dari motor, dan dia pandangin wajah Huda, wajah seorang laki-laki yang kini jadi kekasihnya. Sejenak mereka berpandangan.
“Udah ya, aku pulang dulu…” kata Huda.
“He’em…” kata Nay sambil tersenyum.
Dan kemudian Huda pergi meninggalakan Nay yang masih belum percaya kalau Huda kini sudah menjadi kekasihnya.
Nay langsung masuk ke dalam kamarnya, di masih belum percaya kalau kini Huda sudah jadi kekasihnya. Huda yang dulu adalah kekasih temenya itu, kini dia menjadi kekasihnya Nay. Hal yang tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak Nay. Dan kini Nay hanya dapat tersenyum-senyum sendiri karena hal ini. Baginya, semua ini adalah kado terindah yang Allah berikan kepadanya, sekian lama dia berdoa dan bersabar menunggu kekasih hati, ternyata kekasih yang dia nanti-nanti itu sebenrnya dari dulu sudah ada di dekatnya, hanya tak pernah dia tau dan sadari. Inilah rencana Allah, yang tak ada satu orang pun tau. Kadang untuk mencapai suatu kebahagiaan, kita di uji dengan kesabaran.
***
To Be Continue

Yogyakarta, 04 Juni 2011
20:50 WIB



Note :
Semua hal yang indah itu pasti akan datang, walau mungkin jalan yang di laluinya itu akan sangat terjal. Kesabaran adalah kunci dari segala-galannya.
Inilah sebuah kisah nyata, yang mungkin banyak orang juga mengalaminya. Satu kalimat untuk kita semua “Jangan Menyerah…..!!!”
JJJ